article

Podcast Roempies Daddies: “Ngerumpi” Seru dari Sudut Pandang Bapak-Bapak Muda

Kata siapa ngerumpi hanya dilakukan oleh kaum ibu-ibu saja? Nyatanya ada empat orang bapak-bapak muda yang suka banget nongkrong bareng sambil ngerumpi, hanya saja mereka aktif ngerumpi melalui podcast yang bernama Roempies Daddies.

Podcast Rompies Daddies merupakan podcast bergenre komedi yang digawangi oleh empat bapak-bapak muda asal Bandung, yaitu Akmal, Diaz, Abi, dan Sony. Memiliki background profesi dan status yang sama, yaitu penyiar radio dan sama-sama sudah menikah. Mereka berempat berinisiatif untuk membuat sebuah podcast yang dapat menjadi wadah untuk “ngerumpi” namun dari sudut pandang bapak-bapak. 

Memiliki latar belakang dan konsep yang menarik, membuat Podcast Roempies Daddies menjadi salah satu podcast yang menarik perhatian pendengar cukup banyak di Noice. Noice berkesempatan ngobrol langsung dengan Diaz, salah satu personil Rompies Daddies. Kita akan mengulas bagaimana cerita keempat bapak-bapak ini memulai dan strategi mereka dalam mengelola podcast Roempies Daddies!

Ceritain dong bagaimana awal mula terciptanya podcast Roempies Daddies dan apa saja kesibukannya sehari-hari?

Diaz: Roempies Daddies itu dijalankan oleh empat personel, yaitu Diaz, Akmal, Abi, dan Sony. Sebelumnya kami itu sama-sama orang broadcasting, kita semua kerja di radio sebagai announcer, program director, dan produser. 

Tapi seiring berjalan waktu, beberapa dari kamu sudah gak lagi berkecimpung di dunia broadcast. Sekarang tinggal dua orang saja yang masih berkecimpung di dunia broadcasting, yaitu Abi Perdana dan Akmal. Kalau kesibukan sehari-hari, Akmal dan Abi masih kerja di radio, gue sendiri sibuk di Box to Box Media Network. 

Kami semua awalnya pengen bikin podcast saat awal-awal mulai ramainya podcast di tahun 2017an. Berawal dari ngobrol nongkrong bareng, dan sebenarnya dulunya kita nggak berteman, hanya kenalan sesama announcer radio. Waktu itu awal niatnya mau bikin komunitas penyiar Bandung, namun sayangnya gak kesampean. Tapi kami masih sering ngobrol berempat dan tercetus pengen bikin podcast. 

Awal-awalnya podcast yang kita tahu saat itu hanya soal politik, sosial dan bola. Karena kami gak pengen topik yang terlalu serius, akhirnya kita pilih bahas tentang sepakbola. Sony, Akmal, dan Abi itu fans berat Manchester United, jadi kita rencananya bahas tentang itu, saya pilih jadi produser saja. Tapi setelah itu kok kepikiran kalau kami berempat ini sudah bapak-bapak semua, kenapa kita gak ngobrol apapun tapi dari point of view bapak-bapak seumuran kita aja? Akhirnya kita pilih konsep seperti itu. 

Bagaimana cerita awal mulanya memilih nama Podcast Roempis Daddies?

Diaz: Awalnya kami mikir bareng-bareng dulu sih, “Apa ya nama yang berhubungan dengan bapak-bapak penyiar?” Lalu kepikiran pilih kata Daddies tapi juga pengen yang berima. Gara-gara nonton acara Tonight Show dan lihat ada Vincent Rompies kan, jadi kepikiran “Kenapa gak kita rumpiin aja?” Nah, agar berima kami pilih kata roempies. Jadilah Roempies Daddies gitu lho. 

Apa konsep dari Podcast Rompies Daddies dan dari mana dapat inspirasinya?

Diaz: Sebenarnya awal mulanya kami baru menyadari kalau belum ada podcast yang obrolan tongkrongan bapak-bapak. Bapak-bapak kan juga suka nongkrong, gak cuma ibu-ibu doang. Yaudah kami bikin obrolan bapak-bapak  sepertinya menarik juga. Lagi pula dengan konsep begitu kita bisa ngobrolin banyak hal, bola bisa, sosial bisa, politik bisa, ngobrolin tentara nendang motor bisa, ngobrolin Puan Maharani juga bisa. 

Jokes-jokesnya juga ala bapak-bapak lah, dan kami punya empat personil dengan karakter yang berbeda-beda. Mulai dari Akmal yang seorang bapak yang memiliki anak yang jayus dan gamer banget. Abi usianya yang paling muda di antara kita, tapi dia nikah paling pertama dan dia family man banget, lalu Sony sudah menikah 8 tahun tapi belum berencana punya anak, dia sama istrinya sukanya liburan mulu dan dia adalah orang yang paling logis. Sedangkan gue yang paling tua tapi nikah paling belakang. Itulah yang jadi warna dan makin seru di podcast ini. 

Yang bikin beda dari podcast ini adalah karena kami semua basicnya adalah broadcaster, jadi kita tahu timing-timing yang tepat buat saling lempar jokes, kapan harus ledek-ledekan, sehingga podcast ini terdengar lebih rapi dan enak didengerin percakapannya. 

Bisa ceritakan bagaimana persiapan dalam membuat Podcast Roempies Daddies?

Diaz: Kami punya jadwal tapping rutin, yaitu setiap hari Jumat karena cukup susah buat ngepasin jadwal bareng. Kalau misalnya ada yang jadwalnya bentrok dan gak bisa, harus langsung info di grup. Kami akan ganti dengan seorang guest untuk menggantikan sementara agar tetap jadi empat orang. Tamu penggantinya tadi statusnya juga harus bapak-bapak.

Kami ada 2 pemain cadangan yang siap siaga buat gantiin kalau salah satu nggak bisa tapping. 

Kita punya bank idea untuk bahas topik-topik di tiap episode. Kita bakal sepakati mau bahas apa setiap minggunya sebelum tapping, dan kita lebih ke spontan aja gak nyiapin pointer-pointer sih.

Siapa saja sih target audiens dari Podcast Roempies Daddies?

Diaz: Tadinya sih pengennya orang-orang yang sudah berkeluarga, tapi setelah podcast kita sudah ada di Noice jadi ada perubahan. Noice bener-bener sangat membantu melebarkan audiens kami. karena dulu tuh kalau ngecek analytics audiens kita itu rata-rata usianya 25 tahun ke atas. Pas ketika di Noice tiba-tiba ada yang usianya 16 tahun dan 18 tahun, justru jadi peringkat kedua. 

Lalu kita ngecek di media sosial, kita pakai question box untuk survey asal domisili pendengar kami. Mostly pendengar kami sih orang Bandung, tapi tinggalnya ada yang di Jakarta dan bahkan di luar negeri. Ketika kita tanya lebih lanjut, kenapa dengerin Podcast Roempies Daddies? Jawaban mereka sih karena kangen obrolan orang Bandung dan Sunda aja. Kebanyakan pendengarnya 80% cowok, dan 20%an itu ibu-ibu muda. 

Bagaimana strategi promosi Rompies Daddies untuk meningkatkan jumlah listener?

Diaz: Strategi yang kami jalankan setiap kali ada episode yang tayang pasti dipromosikan di media sosial, tapi packagingnya pakai best cut-best cut dari episode itu lalu pakai teks biar orang juga baca kontennya itu. Tapi itu gak cuma berupa audio, kita kemas dan tampilkan animasi karakter kita dalam bentuk kartun. Kita parodiin karakter kartun dari Family Guy tapi dibuat mirip seperti personil Roempis Daddies gitu. Nah, kami post tuh di Instagram official Roempies Daddies.

Selain itu kami juga bikin suatu parodi lucu setiap seminggu sekali yang juga kita post di IG. Yang ngerjain buat kurasi, ngedit, mendesain, upload, bikin caption, dan konten parodi itu semua yang ngerjain gue sih. Tapi sekarang udah hire admin untuk ngepost dan buat activity di media sosial.

Ada gak sih cerita atau momen yang memorable banget waktu bikin podcast?

Ada, waktu itu pernah diserang oleh salah satu ormas karena tersinggung dengan bercandaan kami di podcast. Lalu kami juga pernah coba recording episode yang ngebahas horor, nah kami beneran take podcast di tempat yang horor juga. Pas take podcast sambil lumayan ketakutan tuh, tapi kan kami emang pengen dapat vibes horornya itu, dan waktu itu memang sempat ada kejadian seram. 

Selain itu ada juga kami semua pada nangis di episode “Mommies Para Daddies” pas Hari Ibu.  Waktu itu gue kasih surprise anak-anak dengan nelponin ibu mereka masing-masing tanpa sepengetahuan mereka.  

Pernah gak mengalami creative block dan gimana sih cara Roempies Daddies mengatasinya?

Cara overcome creative block itu kita bikin pilar atau kategori konten buat podcast. Jadi saat mentok banget ide, kita bakal bikin variasi dari kategori tadi, misal bikin game juga dan kolaborasi dengan podcast lain. Kita punya beberapa kategori konten selain ngobrolin sesuatu, contohnya seperti konten cerdas cermat, konten tebak lagu, dan kita biasanya juga ngundang bintang tamu yang unik unik. 

Sejujurnya kami ya pernah mengalami creative block tapi gak sering. Kenapa gak sering ngalamin creative block? Bukan karena kita kreatif, tapi karena kita berempat itu sebetulnya bukan sahabatan. Kami berempat itu cuma teman kenalan, jadi sekalinya ketemu pasti ada obrolan dan ada ghibah dari kehidupan masing-masing. Kita jarang ketemu, jadi sekali ketemu bisa ada banyak obrolan. 

Boleh share pengalaman Roempies Daddies selama bikin podcast di Noice?

Awalnya kita di Noice niatnya untuk memperluas audiens dan networking, dan agak pesimis kemungkinan growth-nya gak bakal banyak karena podcast kami bukan podcast eksklusif milik Noice. Tapi ternyata kita salah banget, waktu itu kita pernah live podcast di Noice tiba-tiba banyak pendengar yang ikut bareng kami ngobrol di situ. Ternyata mereka pendengar baru, dan kita ajak ngobrol seru banget. Dampaknya kita juga nambah followersnya sampai ke media sosial kita. 

Jadi Noice ini, khususnya Noice Live, itu sangat ngebantu podcast kita banget sih. Terus ada fitur virtual gift itu lumayan membantu. Belum ada platform lain yang punya fitur seperti itu. Tambah lagi ada activity gathering juga dengan sesama podcaster. Kalau dibandingkan platform lain kami merasa tidak dirangkul. Bahkan kami juga gak punya clue gimana supaya bisa jadi podcast eksklusif, dan gimana penghitungan metrics-nya. Kalau di Noice kami merasa dirangkul banget.

Apa future plan dan harapan Podcast Roempies Daddies?

 

Nggak muluk-muluk sih ya. Selain pengen nambah followers atau subscribers, kami sebenernya pengen merambah ke visual juga. Cuma akhirnya kita udah obrolin dan sepakatnya kita mau tetap fokus di audio aja, tapi kita bisa nge-take podcast di public space.

Misalkan di trotoar, sambil duduk dan ngobrol. Lalu kita take podcast, kita bisa ajak dan undang orang-orang yang lewat di situ buat ngobrol di podcast. Nah kita pengen nyobain konsep seperti itu. Entah itu mencoba nge-podcast di depan pasar atau lampu merah lah, kayaknya itu seru. Sama juga ingin mencoba podcast live atau podcast on the go. 

Published on 15 June 2023

listen noice

LIKA-LIKU PENGKHIANATAN

ROEMPIES DADDIES

Dengarkan