Cerita Tengah Malam: Obrolan Horor dan Kisah Misteri yang Seru untuk Menemani Malam Jumat
Cerita horor berbalut komedi sepertinya menjadi sebuah kombinasi yang sempurna untuk dinikmati, terlebih lagi konten dalam bentuk podcast. Seperti Podcast Cerita Tengah Malam yang dibawakan oleh dua orang sahabat bernama Fahri dan Aldi ini.
Fahri dan Aldi merupakan teman akrab di kampus. Niat mereka untuk bisa berkarya bersama sudah tumbuh sejak di bangku perkuliahan. Berawal dari keinginan mencari passive income sejak dini, Aldi dan Fahri ingin mencari aktivitas tambahan sebagai seorang content creator di YouTube. Tetapi niat mereka tak kunjung terealisasi karena kesibukan masing-masing.
Pada Desember 2021, barulah keinginan Aldi dan Fahri berkarya bersama sebagai content creator terwujud dengan membuat sebuah podcast horor bernama “Cerita Tengah Malam”. Fahri merupakan seorang freelancer pengajar les privat Matematika dan IPA, sedangkan Aldi adalah seorang karyawan swasta di perusahaan yang bergerak di bidang konsultan interior. Di tengah kesibukan dan pekerjaan utamanya, kedua kawan ini masih kompak produktif berkarya membesarkan podcast Cerita Tengah Malam yang tayang rutin di Noice setiap Kamis malam.
Noice berkesempatan ngobrol santai dengan kedua kreator ini. Perjalanan mereka menjadi creator dan mengembangkan podcast Cerita Tengah Malam di Noice tentunya sangat menarik untuk dikorek.
Ceritain dong awal mulanya kalian bikin podcast ini dan kenapa namanya Cerita Tengah Malam?
Fahri: Sebenarnya sejak zaman kuliah dulu kami udah mikirin soal passive income. Akhirnya kami kepikiran jadi content creator. Awalnya dulu pengen bikin channel YouTube bareng gitu, cuma karena kesibukan kuliah dan segala macem, rencana itu tertunda sampai kita udah masuk ke dunia kerja. Lalu baru kesampean pas udah pandemi Covid-19 itu.
Kalau nama podcast Cerita Tengah Malam ini, pertama kita nyari nama yang belum ada. Lalu kami memang sengaja nyari nama yang berhubungan dengan horor. Salah satunya juga orang kalau lagi ngobrol malem-malem itu biasanya ngomongin hal-hal yang random.
Aldi: Terus kalau udah masuk tengah malam, orang-orang biasa obrolannya sudah mulai masuk ke cerita horor-horor gitu kan. Selain itu nama tengah malam ini juga sesuai dengan jadwal kami recording podcast. Biasanya kami berdua recording-nya tengah malam karena belum ada studio, jadi waktu yang sepi dan gak banyak suara orang yang aman di tengah malam sih.
Kenapa podcast Cerita Tengah Malam memilih untuk mengusung genre horor?
Fahri: Kalau role model saya itu sebenarnya podcast Raditya Dika dan Mister Popo, nah Mister Popo itu keren banget story telling-nya. Mister Popo ini kan bikin “Do You See What I See?” sampai ratusan episode, lalu saya sadar kalau dia gak bikin cerita tapi justru malah orang yang datang ke dia. Saya pengen seperti itu juga, di mana orang-orang datang ke kita lalu kita yang kasih reaction dari cerita-cerita mereka.
Aldi: Emang suka sama dunia-dunia mistis juga sih. Urban legend gitu aku juga sering baca di internet, terus tertarik cerita-cerita teori konspirasi. Jadi kebetulan suka dengan hal-hal seperti itu akhirnya ngajakin si Fahri ini, eh kebetulan cocok. Aku yang awalnya punya minat di Kpop dan Fahri minat di game akhirnya sepakat beralih ke tema Horor deh.
Dari mana Cerita Tengah malam dapat inspirasi cerita-cerita horor buat diangkat di podcast?
Fahri: Pertama-pertama itu mulainya dari cerita pengalaman pribadi, lalu meluas ke cerita pengalaman horor temen-temen.
Aldi: Biasanya kita sih lebih sering mancing. Kalau lagi ngobrol sama temen-temen, aku nyeletuk sebuah cerita horor. Terus tiba-tiba ada orang yang nyamperin dan ikutan cerita. Dari situ aku minta izin ke orang itu buat ceritain pengalaman dia di podcast kami. Jadi seringnya lebih gak sengaja ceritanya. Sekarang juga udah mulai ada orang lain yang ikutan nyumbang cerita. Biasanya kalau orang lain yang nyumbang cerita ke podcast Cerita Tengah malam itu DM lewat IG atau kirim ke email.
Bagaimana proses pembuatan podcast Cerita Tengah Malam ini mulai dari awal sampai akhirnya tayang di Noice?
Fahri: Pertama sih kita cari-cari ceritanya dulu nih. Terus ada beberapa momen kita record di handphone, lalu kami tulis ulang dan kita share di Google Keep. Setelah itu kita siapin narasinya dan juga bumbu-bumbu komedinya yang mungkin bisa nyambung di situ. Lalu proses selanjutnya ya kita langsung ketemuan secara langsung buat recording, kadang bisa di tempat Aldi atau tempat saya.
Aldi: Biasanya abis recording kita langsung aja sih masuk proses editing. Terus nanti Fahri yang bikin artwork-nya dan upload ke Noice. Semua masih kami berdua aja yang handle.
Siapa aja sih target audiens dari podcast Cerita Tengah Malam?
Fahri: Kalau target sebenarnya sih pengen semua kalangan ya. Tapi ternyata pas dilihat di analytics itu pendengar podcast Cerita Tengah Malam yaitu usia sekitar 20–30 tahunan. Gender-nya kebanyakan sih perempuan. Harapan dan rencananya pengen juga menggaet pendengar yang masih anak-anak sekolahan. Karena bonus demografi Indonesia itu kan tahun 2030, di situ banyak anak muda yang usianya masih prime.
Walau relatif baru join di Noice, tapi podcast Cerita Tengah Malam berkembang cukup pesat, bagaimana tips mengembangkan podcastnya?
Fahri: Pertama pasti harus konsisten berkarya. Walaupun emang awal-awal bikin podcast kita sering terkendala, cuma kita harus bener-bener memaksimalkan setiap kesempatan. Caranya dengan setiap kali kami ketemuan harus langsung take beberapa episode sekaligus. Jadi kuncinya harus konsisten dan juga harus lebih sering share podcast kita di media sosial pribadi sih.
Punya pengalaman yang memorable selama bikin podcast? Share juga dong salah satu episode favorit kalian.
Aldi: Kalau aku momen yang memorable itu kalau pas lagi editing podcast sih. Kan kalau ngedit itu biasanya sendirian di kamar, nah kadang kondisi lampu itu agak sedikit gelap. Jadi ada hawa-hawa yang bikin merinding gitu. Apalagi harus ngedengerin ulang cerita itu. Walaupun ceritanya gak yang serius banget, tapi kalau pas bagian seremnya itu suka merinding sendiri juga. Episode favorit aku sih yang episode 1 “Pocong Lantai Dua”, karena itu cerita pengalamanku sendiri. Jadi selain momennya masih kebayang di otak, ya pengalaman sendiri yang bisa diceritain ke orang itu lebih seneng aja.
Fahri: Momen yang memorable itu pernah waktu take tiba-tiba ada pengerjaan konstruksi. Karena pengerjaan konstruksi itu sampai berjam-jam, akhirnya kita jadi batal deh. Kalau episode paling berkesan itu episode 7, “Cerita Pendek di Pesantren”. Karena kan kita menganggap kalau di pesantren itu setan atau hantu bakal takut di sana, ini malah kejadian banyak banget. Sampai ada tiga penampakan di sana.
Pernah gak mengalami demotivasi bikin podcast dan gimana cara mengatasinya?
Fahri & Aldi: Sejauh ini belum pernah sih mengalami demotivasi. Karena kami suka banget dengan cerita horor, dan selain itu kami juga sebenarnya memang jarang banget ketemuan. Jadi sekalinya kita ketemuan ya sekalian main dan hangout bareng aja gitu.
Apa harapan dan rencana ke depannya Aldi dan Fahri buat podcast Cerita Tengah Malam?
Fahri: Kami pengen juga ngebahas tentang hal-hal yang lagi booming dibahas orang-orang. Selain itu, juga pengennya improve dari sisi equipment buat podcast. Soalnya, meskipun kami sudah punya equipment yang memadai, tapi sepertinya masih butuh diimprove lagi. Selain itu juga improve dari segi editing podcast juga.
Aldi: Paling nanti rencananya kalau bikin segmen baru yang bahas urban legend kita bakalan riset dari internet. Pengen juga bahas tentang kasus-kasus pembunuhan juga. Contohnya seperti kemarin kasus pembunuhan sekeluarga di Jakarta Utara, itu kan rame banget. Nah rencananya mau bahas yang gitu-gitu juga. Selain itu sepertinya akan lebih sering upload juga sih, mungkin seminggu jadi bisa upload 2 episode sekaligus.
Published on 27 April 2023