Podcast ODGJ: Kritik Sosial dan Humor Satir yang Tersaji dalam Guyonan Jawa
Namanya Podcast ODGJ, singkatan dari “Orang dengan Guyonan Jawa”. Dari namanya, hal yang terlintas di kepala kita adalah “lucu”. Yup, bener banget, podcast ODGJ yang dibawakan oleh tiga lelaki jenaka dari Malang, Jawa Timur, ini memang mengangkat topik humor yang fresh.
Humor yang diangkat oleh podcast ODGJ ini bukan humor biasa, melainkan humor satir yang mengangkat isu-isu terkini yang sedang jadi buah bibir masyarakat Indonesia. Selain itu, keunikan dari podcast yang dipandu oleh Antono, Erfaath, dan Mamad Kuntji ini dibawakan menggunakan bahasa Jawa Timuran yang khas. Hal ini tentu saja membuat Podcast ODGJ memiliki segmentasi serta keunikan tersendiri di telinga para pendengar setianya.
Hebatnya, meski relatif baru bergabung di Noice, Podcast ODGJ bisa menembus jumlah subscriber hingga ribuan bahkan masuk ke dalam daftar “Top 20 Podcast Noice”. Keberhasilan ini gak lepas dari pengalaman para host Podcast ODGJ yang ternyata cukup lama telah berkecimpung di dunia podcast. Beruntung, Noice berkesempatan untuk ngobrol langsung dengan Antono, Erfaath, serta Mamad Kuntji yang berbagi cerita mereka dalam mengelola Podcast ODGJ ini.
Ceritain dong bagaimana awal mula terciptanya Podcast ODGJ?
Antono: Awal mulanya podcast ODG ini terinisiasi dari terbentuknya Podcast Antono. Podcast Antono adalah podcast kami juga namun adanya di platform yang lain. Kenapa bikin podcast ODGJ di Noice ini karena kami ingin melakukan ekspansi juga ke Noice. Kami ingin mengembangkan podcast komedi, mulai dari konsepnya, set up-nya, bahkan sampai nambah dua personel baru. Kalau dulu podcast di platform yang lainnya tentang horor komedi, kalau podcast ODGJ di Noice ini lebih ke komedi yang general dan membahas isu-isu yang terjadi di masyarakat sekitar.
Sudah berapa lama para host podcast ODGJ berkecimpung di dunia Podcast dan apa kesibukan sehari-harinya?
Antono: Kesibukan saya sehari-hari di luar podcast adalah seorang budak korporat di perusahaan multinasional. Selain itu, side job saya juga sebagai seorang content creator di beberapa platform seperti twitter, Instagram, maupun TikTok. Mulai berkecimpung di dunia podcast ini sudah sejak tahun 2019 lalu.
Saya memilih terjun ke podcast ini karena merasa punya diksi yang lucu, oleh karena itu saya berani mengimplementasikannya ke hal-hal yang sifatnya ngobrol dan pilih podcast karena bisa relate dengan hal tersebut.
Erfaath: Saya mulai podcast juga dari Podcast Antono di tahun 2020 lalu. Awalnya saya diundang oleh Antono di podcastnya, akhirnya saya jadi editor dan bantu-bantu, hingga akhirnya kami berdua eksplorasi ke Noice dan membentuk podcast ODGJ ini. Kesibukan sehari-hari ngedit podcast ODGJ, selain itu saya seorang freelancer saja,
Mamad Kuntji: Saya dulunya seorang desainer dan tim kreatif dari Majelis Lucu Indonesia. Lalu selesai kontrak dengan MLI, saya pengen membangun kreativitas di Malang. Mulai menekuni dunia podcast ini tepatnya di tahun 2018, dan sempat punya podcast sendiri yang bernama Lemon Squish dan sempat difitur oleh Noice juga. Dari situ saya dapat insight bahwa podcast masih diminati, sehingga saya terus terjun di dunia podcast. Join dengan ODGJ ini saya yang menawarkan diri ke Antono untuk kolaborasi bikin podcast bareng.
Nama podcastnya unik banget, siapa yang menciptakan dan mengapa memilih nama Podcast ODGJ?
Erfaath: Saya yang bikin namanya. Awalnya mau terusin pakai Podcast Antono lagi aja, tapi khawatirnya nanti akan terbelah antara Podcast Antono yang di Noice dan yang di platform lainnya. Takutnya pendengarnya nanti jadi dengerin di salah satu platform aja, akhirnya saya cari nama baru. Nah, saya kan punya media di Instagram namanya “Mode Gila”, dan si Antono ini juga berbahasa jawa sehingga akhirnya ketemulah itu nama ODGJ singkatan dari “Orang dengan Guyonan Jawa.
Kenapa memutuskan untuk bikin podcast yang berbahasa Jawa?
Erfaath: Karena kami memang orang Jawa Timur. Kalau ngomongnya pakai Bahasa Indonesia itu kami ngerasa “jijik”, ngerasa enggak cocok aja gitu kalau ngomong bahasa lain selain bahasa Jawa. Selain itu saya dan Antono punya keresahan yang sama, yaitu tentang fenomena sejak banyak anak perantauan dari Jakarta di Malang, orang Malang ini akhir-akhir ini juga ngomongnya jadi “lo-gue”, jadi di satu sisi kami juga ingin kembali “menjawakan” lewat podcast ini.
Mamad Kuntji: Selain itu di Indonesia sendiri, “kue” untuk segmen podcast berbahasa jawa ini masih luas banget. Di Noice sendiri kan podcast berbahasa jawa baru ada dua aja. Kami juga melihat dari data tersebut, jadi oke-oke aja kalau kita pakai bahasa Jawa buat podcast.
Apa sih pesan yang ingin disampaikan oleh podcast ODGJ di setiap episodenya?
Mamad Kuntji: Salah satunya kritik sosial. Kita seringnya yang satir-satir, ya seperti podcast “Musuh Masyarakat” di Noice. Seperti serius, counter opinion, tapi sebetulnya itu satir.
Antono: Yang ditawarkan oleh ODGJ yang jelas adalah soal kelucuan yang dikemas dengan versi Jawa. Kemudian konten yang diangkat adalah hot issues. Kita kupas suatu issue dalam bentuk komedi, tapi gak menutup kemungkinan kami juga membahas hal-hal yang mungkin lagi gak hot issue, namun hal-hal lucu yang relate dan dekat orang-orang. Contohnya seperti membahas topik “Hal-hal apa aja sih yang gak mungkin dilakukan oleh orang kaya?”
Ceritain dong gimana proses kreatif pembuatan podcast ODGJ sampai bisa tayang?
Mamad Kuntji: Ada satu fun fact dari proses taping ODGJ ini. Jadi kami bertiga kalau pas brainstorming atau sebelum taping ini gak ngobrolin atau guyonan tentang hal-hal yang berkaitan sama topik podcast. Kami nahan buat gak ngelucu dulu sehingga waktu pas taping kami bener-bener bisa surprise dan beneran lucu.
Antono & Mamad Kuntji: Prosesnya pertama kita bikin kerangkanya dulu terkait topik itu. Tapi ya sering juga sih kita spontan. Tapi kalau gak pakai kerangka setidaknya kami pasti nyiapin beberapa keyword yang bakalan kita bahas di dalam podcast nanti.
Bagaimana proses editing podcast ODGJ dan butuh waktu berapa lama sampai bisa tayang?
Antono: Kalau proses editingnya langsung diserahkan ke Erfaath selaku editor. Urutannya seperti ini, kita taping dulu, lalu dikirim ke Erfaath untuk proses editing. Setelah itu, hasilnya akan dikirim ke whatsapp group untuk di-review dan masuk proses quality control. Kalau sudah oke ya langsung di-upload.
Mamad Kuntji & Antono: Kita bisa langsung sih. Pokoknya kami kalau one day production itu bisa produksi 4-6 episode, karena kami punya kesibukan masing-masing. Kita sudah sepakat, kalau kita sekali ketemu ya harus bisa langsung produktif.
ODGJ punya subscriber di Noice hingga ribuan dalam waktu yang cukup singkat, apa sih rahasianya?
Antono: Tips dan triknya adalah kualitas podcast. Kalau kamu punya platform yang bagus di setiap media sosial itu juga bisa dimanfaatkan. Saya menganggap bahwa pendengar saya adalah pendengar yang militan. Contohnya ketika pernah vakum dari podcast, hampir setiap hari itu banyak yang nanyain kapan modcast lagi? Itu jadi salah satu contoh kalau kita punya pendengar yang militan, kita punya podcast di platform manapun pasti podcast kita akan didengar juga. Cuma yang perlu diperhatikan itu tetap pada kualitas, seperti kualitas konten, kualitas editing, semua itu berpengaruh dan itu yang membuat pendengar jadi setia.
Mamad Kuntji: Mungkin karena podcast kita tuh termasuk niche. Podcastnya berbahasa Jawa dan isinya guyonan. Adanya bercandaan itu kan relate dengan orang sekitar, jadi itu yang membuat pendengar jadi militan. Ada value yang kita tawarkan kepada pendengar yaitu bercanda tentang hal-hal yang relate banget sama pengalaman-pengalaman pendengar.
Ada gak momen yang memorable banget selama produksi podcast?
Erfaath: Semua Episode memorable semuanya sih, soalnya masih baru beberapa episode juga kan.
Mamad Kuntji: Ada satu yang memorable banget. Jadi kan kita baru aja produksi 4 episode nih, tapi kita udah difitur oleh Noice. Ini pengalaman yang memorable banget buat kami.
Antono: Kalau ngomongin momen yang memorable dari sejak pertama kali podcast itu yang mengalami susahnya untuk cari alat, tempat rekaman yang kedap. Dulu awal-awal podcast itu susah banget masteringnya, harus bener-bener detail karena suara noisenya tinggi banget. Jadi journey saya dulu itu gimana susahnya buat memulai podcast. Sampai sempat berpikir, “Cok, kate guyon ae angel nemen”, kalau diartikan bahasa Indonesianya, “Mau bercanda aja susah banget.” Dulu apa-apa itu serba sendirian, brainstorming sendiri, setup alat sendiri, sampai artwork juga sendiri.
Apakah kalian pernah mengalami kehilangan motivasi dan semangat buat bikin podcast? Gimana cara overcome-nya?
Antono: Pernah, suatu ketika saya mengalami patah hati yang sangat amat berat. Tapi saya harus menyikapinya dengan sangat profesional, artinya ketika saya sudah dihadapkan di depan mic, saya harus lucu. Saya pernah satu momen itu pas lagi ada masalah dan gak mood, akhirnya saya juga berkecimpung di sini dan gak ingin kehilangan pendengar saya. Jadi mau gak mau waktu di depan microphone ya harus bisa mengubah mood langsung.
Mamad Kuntji: So far kalau sama Antono dan ODGJ ini aku gak pernah mengalami bad mood sih, karena di awal-awal selalu pemanasan bercanda-canda dulu. Apalagi kalau lihat growth dari subscribers podcast yang oke, kita harus profesional untuk melucu di depan mic. Karena pendengar itu tetap nomor satu.
Erfaath: Kalau kita lagi gak mood modcast gitu sih kita biasanya capek, kalau gitu kita akan istirahat dulu sih. Makan dulu, ngerokok dulu, nanti kalau sudah istirahat tapi tetap belum nemu mood-nya, yaudah kita gak paksakan untuk take dulu Tapi setidaknya dalam pertemuan itu harus ada produksi minimal 1 podcast lah. Minimal kalau ketemu itu ya harus bikin, urusan gak mood yang penting kita udah punya konten untuk diupload.
Ceritain dong, gimana pengalaman yang dirasakan oleh ODGJ selama nge-podcast di Noice?
Antono: kalau kita bicara tentang Noice, saya mendapatkan pengalaman di Noice ini lebih baik dibandingkan platform lain. Karena menurut saya di Noice kita bisa jadi tahu data audiens kita, terus juga bisa langsung berinteraksi dengan pendengar di kolom komentar. Komentar yang bagus-bagus dari pendengar itu bisa meningkatkan semangat untuk terus ngonten. Kalau untuk performa ya sebenarnya lumayan kaget, karena bisa masuk ke top 20 Noice. Kaget tapi juga sesuai prediksi, karena saya yakin guyonan saya ini lucu dan laris. Hal yang gak saya duga sih saya langsung dihubungi oleh Noice. Ini adalah langkah yang besar bagi podcast ODGJ bisa dapat kesempatan langsung dihubungi oleh Noice.
Apa harapan serta rencana di masa mendatang yang akan dilakukan oleh podcast ODGJ?
Antono: Harapan untuk ODGJ sih konsistensi tetap dijaga terus. Mungkin upload kontennya pengen ditambahin lagi tiap minggunya. Kemudian harapannya ODGJ ke Noice sih, bagaimana bisa menggiring kami untuk bisa lebih mengembangkan podcast. Membimbing kami untuk mengembangkan konten yang lebih baik lagi itu seperti apa. Intinya, ODGJ gak mau stuck di sini aja. Kita harus berkembang, dan kita harus mengembangkan konten-konten kita yang ada di Noice.
Erfaath: Kemarin juga sempat ngobrol sama anak-anak rencana untuk bikin live podcast gitu lho. Rencananya jadi kita live session dengan orang-orang di sebuah coffee shop, nanti ada tiketingnya juga buat yang mau datang dengerin live podcast, tapi kita juga bakal rilis episodenya di Noice.
Published on 12 April 2023